Oleh Stephanus Kiki Aditya
PENDAHULUAN
Kita sering mendengar ungkapan time is money. Hal ini menunjukkan betapa waktu merupakan sesuatu yang penting bagi hidup manusia dan hidup manusia itu sendiri berjalan dalam waktu. Peredaran waktu berhubungan erat dengan peredaran berjuta planet di angkasa raya. Peredaran planet-planet tersebut menjadi pangkal pengetahuan manusia untuk menghitung waktu (tahun, bulan, minggu, hari dan jam).
Waktu juga merupakan suatu misteri dalam hidup manusia. Di satu sisi, pengalaman hidup manusia berjalan dari lahir menuju kematian, dari masa muda ke masa tua. Di sisi lain, manusia tidak dapat menetapkan suatu waktu (kaya atau miskin, sakit atau sehat). Hal ini menjadi tanda bahwa semuanya bergerak dan mengalir.
Dalam setiap agama dimensi waktu dari perjalanan hidup manusia merupakan suatu urutan yang penting. Di dalamnya dilihat bahwa karya Allah terlaksana. Maka, manusia mengatur sikap-sikap religius. Manusia menciptakan upacara keagamaan untuk berbagai kepentingan, misalnya untuk mengucapkan syukur, memohon berkat, dan lain sebagainya. Maka dalam paper ini saya mencoba mengulas sedikit tentang tahun liturgi dalam praksis hidup menggereja.
Apa Itu Liturgi
Kata “liturgi” berasal dari kata berbahasa Yunani: leitourgia. Asal katanya adalah laos (artinya rakyat) dan ergon (artinya pekerjaan). Jadi, liturgi adalah pekerjaan publik atau pekerjaan yang dilakukan oleh rakyat/jemaat secara bersama-sama[1].
Dalam konteks ibadah Kristen, liturgi adalah kegiatan peribadahan di mana seluruh anggota jemaat terlibat secara aktif dalam pekerjaan bersama untuk menyembah dan memuliakan nama Tuhan. Dengan pengertian tersebut, dapat dikatakan bahwa “liturgi” adalah “ibadah.” Setiap ibadah Kristen harus bersifat liturgis; artinya melibatkan setiap orang yang hadir di dalamnya[2]. Ibadah di mana jemaat hanya menjadi penonton yang pasif bukanlah ibadah dalam arti yang sesungguhnya.
Misteri karya keselamatan Allah tersebut, dalam jaman dan waktu, dilestarikan oleh Gereja dan dilaksanakan dalam liturgi suci (SC 6). Melalui liturgi itu misteri karya keselamatan Allah, yaitu karya penebusan Kristus, sekarang dilanjutkan oleh Imam Agung kita di dalam Gereja-Nya (Katekismus Gereja Katolik, 1069)
Oleh karena semua umat harus terlibat secara aktif, maka perlu ditentukan kapan giliran mereka berpartisipasi dalam ibadah dan bagaimana bentuk partisipasi itu bisa menyanyi, berdoa, memberi persembahan. Dari sini muncullah apa yang disebut dengan tata ibadah, yang mengatur kapan giliran setiap orang berpartisipasi dalam ibadah dan bagaimana bentuk partisipasinya.
Apa Itu Tahun Liturgi
Sangat lama dalam sejarah liturgi Gereja, keseluruhan perayaan pesta liturgi dalam peredaran tahun tidak dilihat dan dipahami sebagai satu kesatuan. Dengan demikian, konsepsi dan istilah “Tahun Liturgi lama tidak dikenal. Bahkan, buku Missale Romanum 1570 pun juga belum mengenalnya. Istilah Tahun Liturgi pertama kali digunakan dalam dokumen resmi Gereja Katolik baru pada tahun 1948 dalam Mediator Dei. Dengan Konstitusi Liturgi dari Vatikan II, pengertian Tahun Liturgi disusun dan dikembangkan[3].
Tahun Liturgi, yang disebut juga Tahun Kristiani, merupakan Kalender Kristiani/siklus masa liturgi dalam gereja-gereja Kristiani yang menentukan kapan hari-hari orang kudus, hari-hari peringatan, dan hari-hari besar harus dirayakan serta bagian mana dari Kitab Suci yang diasosiasikan dengan hari-hari raya tersebut[4]
Tahun Liturgi dimengerti sebagai Perayaan Gereja yang mengenangkan misteri karya keselamatan Allah dalam Kristus dalam rangka perjalanan peredaran lingkaran tahun[5]. Proses terbentuknya perayaan liturgi Kristiani dalam peredaran waktu berakar dalam tahun pesta Yahudi. Ada dua akar pokok yang berasal dari tradisi Yahudi bagi pembentukan masa liturgi Kristiani.
1) Lingkaran perayaan liturgi mingguan: yakni siklus tujuh hari menurut pola hari Sabat Yahudi.
2 ) Lingkaran perayaan liturgi tahunan: yakni hari-hari raya dan pesta Kristiani menurut pola hari-hari raya Yahudi
Orang-orang Kristen yang bukan Yahudi tentu saja tidak terlalu merasa terikat dengan siklus hari raya Yahudi. Namun, siklus mingguan tetap berlaku, di mana kini hari pertama minggu itu, yakni hari Minggu sebagai hari Kebangkitan Tuhan Yesus Kristus, dipandang sebagai hari yang lebih penting daripada Sabat Yahudi. Sedangkan, lingkaran hari-hari raya Yahudi dikristenkan seperti hari raya Paskah, hari raya Pentakosta, dll. Perayaan liturgi mingguan dan tahunan ini merupakan masa liturgi tertua[6].
Makna Penting Tahun Liturgi Bagi Praksis Hidup Menggereja
Sebagai umat beriman wajib memahami pemahaman yang benar tentang misteri-misteri Kristus dalam setiap perayaan liturgi. Hal ini penting bagi kaum beriman untuk menemukan isi iman dan nilai hidup Kristiani di tengah tantangan jaman ini\. Selain hal tersebut umat beriman dituntut untuk berpartisipasi aktif dalam setip perayaan liturgi agar memperoleh buah-buah rohani.
Sesesungguhnya barang siapa yang merayakan liturgi dengan pengertian yang jelas dan iman akan lebih mampu mewartakankeselamatan dan membuka diri untuk berjumpa dengan Kristus. Tindakan ini ingin menegaskan kerinduan mereka untuk senantiasa dekat dengan peristiwa Kristus, diresapi semangat pengorbanan Kristus, dan kerinduan akan perjamuan kekal di sorga. Dengan begitu umat beriman sungguh menjadi Gereja yang menghayati peristiwa Kristus yang memaknai tahun liturgi dalam praksis hidup menggereja.
Daftar Pustaka
Sumber Buku:Martasudjita. E., Pr. Pengantar Liturgi makna, sejarah, dan teologi liturgi. Yogyakarta: kanisius, 2003.
KWI. BINA LITURGIA bunga rampai liturgi jilid 2E. Jakarta: obor, 1988Sumber Internet:
http://www.facebook.com/pages/Forum-Katolik-Webgaul/292243708065. (diakses tanggal 22 september 2010, pukul 18.00).http://id.wikipedia.org/wiki/Tahun_liturgi (diakses tanggal 22 september 2010, pukul 18.00).
[1] Bdk. E. Martasudjita, Pr. Pengantar Liturgi makna, sejarah, dan teologi liturgi. Yogyakarta: kanisius, 2003, hal 18.
[2] Idem. Hal. 19.
[3] http://www.facebook.com/pages/Forum-Katolik-Webgaul/292243708065. (diakses tanggal 22 september 2010, pukul 18.00).
[4] http://id.wikipedia.org/wiki/Tahun_liturgi (diakses tanggal 22 september 2010, pukul 18.00).
[5] KWI. BINA LITURGIA bunga rampia liturgi jilid 2E. Jakarta: obor, 1988. Hal 501.
[6] Bdk. Idem. hal. 504-508