Syalom!

Blog ini berupaya menyajikan jurnal studi Filsafat dan Teologi
para mahasiswa Sekolah Tinggi Filsafat Teologi Widya Sasana - Malang.
Tulisan-tulisan yang dimuat di sini adalah pendapat penulis sendiri, bukan cerminan pendapat pengelola blog. Tulisan-tulisan ini adalah hasil perenungan dan kerja keras para mahasiswa, dan tidak mengandaikan isinya adalah ajaran resmi Gereja Katolik.

Tuesday, March 3, 2009

TEORI OBJEK (GEGENSTANDSTHEORIE) Bagian II Selesai

TEORI OBJEK (GEGENSTANDSTHEORIE)

Menurut Alexius Meinong

(Bagian II selesai)

Oleh:

Subandri Chalarambo Simbolon


Tiga Modalitas dari Being

   Berikut ini adalah penjelasan tentang ide Meinong yang membagi modalitas being dalam tiga bagian. Modalitas Being itu adalah sebagai berikut:[11]


1.Existence (Existenz, kk: existieren), atau realiatas yang aktual (nyata) (Wirklichkeit), yang objeknya memiliki being yang bermateri. Modalitas dari being ini memiliki ruang dalam realitas dan oleh Meinong karakter dari objek itu dipisahkan karena karakter dan eksisitensi dianggap tidak mempunyai keberadaan tertentu.[12]


2. Subsistence (Bestand, kk: bestehen). Modalitas dari being ini memjelaskan bahwa ada objek yang pada prinsipnya tidak mungkin ada tapi dapat mempunyai eksis walau tidak dengan sempurna.


3. Being-yang-diberikan (Gegebenheit, dalam bahasa Jerman disebut es gibt, i.e. "ada", "ada itu yang diberikan"). Modalitas ini mau menjelaskan bahwa ada objek yang ada-nya itu ada karena diberikan. Sebagai contoh, Santa Claus ada karena ada nama yang diberikan kepada objek itu yaitu Santa Claus sendiri. Demikian juga dengan besi kayu (wooden iron). Dan objek yang memiliki modalitas ketiga ini merupakan objek yang mustahil untuk memiliki entitas dari ada.


 

Aussersein sebagai sebuah tipe dari Objek

   Selain itu Meinong juga menawarkan suatu tipe dari being yaitu “aussersein” yang dihubungkan dengan objek murni. Objek murni dapat dicapai pada saat orang memikirkan suatu objek tanpa dipengaruhi oleh pengatahuan-pengatahuan yang lain. Pernyataannya adalah ada suatu obyek tertentu yang tidak bisa ada sebagai yang nyata (contohnya, lingkaran berbentuk bujur sangkar), obyek ini mempunyai suatu bagian tertentu dari “quasi-existence[13], yaitu suatu keberadaan dan yang penting baginya adalah sejauh itu merupakan satu obyek yang dapat dibicarakan. Inilah yang disebut oleh Meinong sebagai kondisi “ontologis Aussersein”. Aussersein dibagi menjadi dua sub-kategori umum: Sein (ada) dan Nichtsein (tidak ada).[14] Object mempunyai baik suatu yang nyata maupun eksistensi material (Existenz) atau potensial, eksiten yang ada dalam pikiran, ide (Bestand). Meinong memungkinkan untuk membedakan antara dua kelas dari object yang tidak eksis : ada yang dapat dibayangkan (yaitu suatu gunung emas), dan yang dibayangkan hanya dengan samara-samar yang karakternya mencegah untuk dibayangkan (yaitu suatu lingkaran yang bujur sangkar).

 

Kritik teori Objek atas Ilmu pengetahun

   Dalam essainya tentang “The Prejudice in Favor of the Actual” Meinong menyebutkan bahwa pengetahuan itu adalah suatu kenyataan rangkap (Doppletatsache). Pada dasarnya ini merupakan suatu kritik pada paham empiris tentang pengetahuan. Pemahaman para empiris hendaknya dapat disimpulkan dalam ungkapan John Locke dalam menjawab pertanyaan dari mana pengetahuan itu berasal. Secara tegas John Locke menjawab, “Pengalaman.” Semua pengetahuan kita berdasarkan pengalaman dan dari pengalaman inilah pengetahuan itu berasal.[15] Ini berarti bahwa objek pengetahuan kita adalah pengalaman itu sendiri dan sejauh dia punya relasi dengan subjek. Pengetahuan itu diperoleh hanya jika subjek berelasi dengan apa yang diteliti. Dia melanjutkan, sebelum mengalami sesuatu, pikiran atau ratio kita seperti tabula rasa atau kertas kosong yang kemudian memperoleh isi dari pengalaman.[16] Bagi Meinong tindakan pengetahuan tidak melulu menunjuk pada apa yang diketahui. Objek pengatahuan itu tidak hanya merupakan apa yang diketahui tapi juga tindakan mengetahui itu sendiri. Inilah yang merupakan kenyataan rangkap dari ilmu pengetahuan. Jika objek pengetahuan hanya apa yang ingin diketahui, maka keputusan yang diperoleh pasti “kurang benar” dan hanya sebuah pembatasan terhadap seseuatu yang ingin diketahui itu. Alasannya, objek pengetahuan itu tidak mungkin menjelaskan keberadaan secara menyuluruh dan benar dari dirinya sendiri. Keputusan yang benar hanya akan diperoleh ketika subjek mampu melihat tindakan mengetahui sebagai objek pengetahuan itu. Melihat tindakan sebagai objek berarti mengenali secara jelas metodologi yang hendak digunakan. Dan tetap sadar bahwa ada banyak tindakan untuk mengetahui. Sebagai contoh, ada banyak cara untuk menyelidiki apakah madu yang dijual di pasar itu asli atau tidak. Ada yang melakukan dengan meneteskan madu di antara semut, meneteskan madu pada selembar kertas buram, memantikan korek api yang sudah ditetesi dengan madu, dan cara lainnya.

 

1. Kesimpulan

   Dari penjelasan di atas, kita dapat menyimpulkan bahwa, dalam Teori Objek Meinong, objek itu dapat dibedakan dalam beberapa tingkat. Ada Objek tertentu yang ada (lautan, bulan dll.), ada yang pada prinsipnya tidak pernah bisa ada (subsisten) namun bisa memiliki eksistensi yang tidak sempurna seperti angka-angka dalam matematika. dan ada objek yang tidak pernah memiliki eksistensi seperti bujur sangkar berbentuk lingkaran. Yang menjadi pertanyaan adalah apakah mungkin sesuatu yang tidak eksis itu dapat menjadi eksis atau hanya ada objek sebatas memiliki being tanpa akhirnya menjadi eksis? Dalam tulisan ini perlu ditekankan bahwa dalam Teori Objek Meinong hal ini tidak menjadi persoalan. Satu hal yang terpenting adalah bahwa akal budi kita bisa mengerti dan menangkap objek yang tidak eksis tetapi memiliki being tertentu itu. Semua Objek yang non-eksis ini oleh Meinong ditempatkan dalam suatu tempat yang dikenal “Hutan Meinong”.


Teori Objek merupakan suatu teori yang dapat memberikan kepada kita suatu cara pandang yang baru mengenai apa itu sebenarnya Objek. Segala sesuatu adalah objek. Dengan demikian, Objek itu tidak lagi dibatasi pada cara pandang tertentu yang selama ini telah membatasi eksplorasi akal budi manusia untuk mengenal Objek itu. Oleh Meinong, kita telah dibantu untuk mengerti objek dengan memberi ruang yang semakin luas kepada pencarian akal budi kita. Namun Teori Objek ini hanya sebatas teori yang selalu terbuka untuk dikritisi, diperdalam, dan untuk dikembangkan. Jadi sebagai mahluk yang berakal budi, adalah tugas kita untuk mengkritisi, memperdalam dan mengembangkannya dalam diri kita.

 


DAFTAR PUSTAKA


Buku

Bagus, Lorens, Kamus Filsafat, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2000

Tjahjadi, Simon Petrus L., Petualangan Intelektual, Yogyakarta: Kanisius, 2006



Internet

http://209.85.175.104/searchq=cache:eYcbpqv3CwIJ:www.lacan.com/nonexist.htm+Aussersein&hl=id&ct=clnk&cd=5&gl=id&client=firefox-a (akses 10 Oktober 2008)

http://www.answers.com/alexius%20meinong (akses tangal 12 Oktober 2008)

http://en.wikipedia.org/wiki/Alexius_Meinong (akses 15 Oktober 2008)

http://www.hist-analytic.org/Meinongobjects.pdf (akses tgl 8 November 2008)

http://id.wikipedia.org/wiki/Empirisme (akses tgl 8 November 2008)

http://www.formalontology.it/meinonga.htm (akses 22 Oktober 2008)



[11] Bdk., Biography: Alexius Ritter von Handschuchsheim Meinong, Loc.Cit (akses, 23 Oktober 2008)

[12] Bdk., Bagus, Loren, Kamus Filsafat, hal.1050

[13] quasi-existence = (terjemahan harafiah, pura-pura ada) artinya bahwa objek tersebut dalam pikiran kita tidak dapat kita bayingkan secara jelas, samara-samar.

[14]Bdk, Adrian Johnston, Non-Existence and Sexual Identity: Some Brief Remarks on Meinong and Lacan, in the http://209.85.175.104/search?q=cache:eYcbpqv3CwIJ:www.lacan.com/nonexist.htm+Aussersein&hl=id&ct= clnk&cd=5&gl=id&client=firefox-a akses 10 Oktober 2008 pkl 23.06

[15] Tjahjadi, Simon Petrus L., Petualangan Intelektual, hal 237

[16] Bdk., ibid.

Teori Objek (Gegenstandstheorie) Menurut Alexius Meinong Bagian I

TEORI OBJEK (GEGENSTANDSTHEORIE)

Menurut Alexius Meinong

Oleh:

Subandri Chalarambo Simbolon


1. Pengantar


      “Wahhhhh…indah banget!!!” ungkapan ini sering terdengar ketika orang sedang menikmati suatu karya seni dari seorang seniman atau lagu dari seorang pelantun lagu. Bagaimana ada lagu ini sebelum adanya yang aktual sekarang ini? Apa awal dari dari karya ini? Melalui makalah ini, penulis ingin mengajak anda bukan untuk menyoal tentang karya-karya seni itu, bukan juga untuk membahas soal estetika dari sesuatu yang menyenangkan hati. Jadi untuk apa? Melalui tulisan ini, penulis hendak menawarkan suatu teori yang mungkin membantu kita untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan di atas, teori objek (Gegenstandstheorie). Akan tetapi, tulisan ini tidak hanya mau menjawab pertanyaan-pertanyaan di atas tapi lebih merupakan sebuah penjelasan apa itu Teori Objek menurut Alexius Meinong (baca=Aleksius Mainong).


      Sebelum dilanjutkan, ada baiknya kita pertama-tama mengetahui sketsa pembahasan secara sekilas. Sketsa pembahasan yang ditawarkan: pertama-tama berbicara tentang riwayat hidup dan karya-karya dari Alexius Meinong, lalu masuk ke dalam inti pembahasan teori Objek menurut Alexius Meinong dan akan ditutup dengan sebuah kesimpulan. 


2. Hidup dan karyanya[1]


Riwayat Hidup:

      Alexius Meinong dengan nama lengkap, Alexius Ritter von Handschuchsheim Meinong, dilahirkan dalam sebuah keluarga Katolik terhormat pada tanggal 17 Juli 1853 di Lemberg, Austria yang sekarang dikenal L’viv di Ukraina. Namun, setelah kelahirannya keluarganya segera kembali ke Austria. Ia menjalani masa sekolahnya di Akademic Gimnasium, Vienna pada tahun 1865-1870, dan setelah lulus, dia melanjutkan perjalanan akademisnya ke bangku perkuliahan di Universitas Vienna. Di Universitas ini pada tahun 1874 dia mengambil fak-fak sejarah dan filsafat di bawah bimbingan Franz Brentano dan mendapatkan gelar Doktor dalam bidang Sejarah (Hauptrigorosum) dan Philosophy (Nebenrigorosum). Boleh dikatakan bahwa seperti filosof-filosof Austria lainnya, pemikirannya tergolong dipengaruhi oleh dosennya Franz Brentano. Setelah menyelesaikan studinya, dia mengajar sebagai Privatdozent[2] di Vienna selama empat tahun (1878-1882). Dari Vienna, ia pindah ke Graz dan tetap sebagai Professor Extraordinarius (1882-1889). Dia dinobatkan menjadi Professor pada tahun 1889 dan sekaligus menjabat sebagai Ketua jurusan Filsafat. Di universitas inilah dia mengajar dan menghabiskan hidupnya sebagai dosen hingga meninggal pada tahun 1920. Peristiwa penting pada masa jabatannya sebagai dosen di Graz adalah dengan mendirikan “Psychological Institute” dan “Institute of Experimental Psychology” yang merupakan institusi pertama di Austria pada tahun 1894. Sampai sekarang, dia terkenal sebagai seorang fillosof Austria.


Karya-karya:

      Pada saat dia tinggal di Vienna sebagai mahasiswa, Franz Brentano mendorongnya untuk mempelajari pemikiran David Hume hingga pada waktunya dia dapat menghasilkan dua buku tentang David Hume. Buku pertamanya berbicara tentang teori abstraksi dan yang kedua adalah teori relasi. Pada dasarnya pemikirannya sangat dipengaruhi oleh Empirisme Inggris. Empirisme adalah suatu aliran dalam filsafat yang menyatakan bahwa semua pengetahuan berasal dari pengalaman manusia.[3]


 Karya-karyanya yang lain adalah:

1. Theory of Object (Über Gegenstandstheorie) lead article in A. Meinong (ed.), Untersuchungen zur Gegenstandstheorie und Psychologie, Leipzig: Barth, 1904

2. Theory of Assumption (Über Annahmen), 2nd ed., Leipzig: Barth, 1910

3. Über Möglichkeit und Wahrscheinlichkeit, Leipzig: Barth, 1915

4. Über emotionale Präsentation, report of the Kaiserliche Akademie der Wissenschaften, Vienna, 1917

5. Meinong, A. (1885). Über philosophische Wissenschaft und ihre Propädeutik

6. Meinong, A. (1894). Psychologisch-ethische Untersuchungen zur Werttheorie


3. Teori Objek (Gegenstandstheorie)


      Pengetahuan itu tidak mungkin ada tanpa suatu ada yang diketahui atau secara umum bahwa pendapat dan ide atau presentasi tidak mungkin tanpa ada pendapat tentang atau presentasi dari sesuatu yang diungkapan yang menjadi bukti dirinya sendiri.[4] Inilah pernyataan yang mengawali Alexius Meinong untuk mencetuskan teori Objek. Meinong mencoba merumuskan suatu ranah ilmu pengetahuan yang dapat menjadi tempat yang tepat untuk membahas atau untuk mengurusi perkara-perkara “Objek”. Tak dapat dipungkiri, bahasa terkadang salah dalam menjelaskan Objek yang sebenarnya. Sebagai contoh, bahasa kurang tepat dalam menjelaskan suatu kegembiraan atau duka cita, belas kasihan atau cemburu dan lain sebagainya sebagai ada yang dirasakan seseorang. Ini hanya dapat ditunjuk dalam ranah psikologi sejauh memiliki aspek-aspek psikologi. Dikatakan sejauh memiliki aspek psikologi berarti bahwa perasaan, misalnya hasrat menjadi salah satu objek pembahasan psikologi sejauh hasrat itu memiliki ide-ide khusus seperti “perkiraan-perkiraan psikologis (adanya relasi subjek dengan sesuatu yang bisa menimbulkan suatu peristiwa psikologis)”. Sebagai contoh kita bahagia tentang sesuatu, tertarik pada sesuatu dan tindakan mengharapkan tak akan mungkin ada tanpa menunjuk pada suatu yang diharapkan.


      Yang menjadi pertanyaan adalah, bagaimana dengan perkara-perkara lainnya yang bukan merupakan bagian dari perkara-perkara psikologis. Hal inilah yang menjadi problema dalam pikiran seorang Meinong sehingga ia berusaha menyusun suatu teori yang juga merupakan sumbangan terbesarnya dalam dunia filsafat yaitu “teori Objek”. Pengertian objek dalam ranah ini sungguh memiliki keunikan tersendiri dan berbeda dari kecenderungan umum dalam filsafat yang mengerti objek hanya sejauh ada dan menyamakan objek sejauh ada itu dengan kesatuan materialnya.[5]


Ada dua tesis mendasar dari teori objek (Gegenstandstheorie) ini yaitu: 

 (1) ada Objek yang tidak eksis (non-exist) dan 

 (2) setiap Obyek yang tidak eksis belum terdapat dalam berbagai cara atau lainnya untuk mengada dan dengan demikian boleh dibuat menjadi pokok putusan yang benar.[6]

      Objek itu tidak terbatas pada pengertian ada sejauh ada tetapi juga ada objek yang tidak eksis (non-existent). Akan tetapi, non-existent dalam hal ini berbeda dengan ketiadaan (nothingness). Untuk Objek yang tidak ada ini, Meinong memberi suatu terminologi “Objektive”. Sebagai contoh, jika kita dapat berkata: adalah benar bahwa daerah-daerah di atas bumi yang masing-masing letaknya saling berlawan (antipode) itu ada. Kebenaran itu tidak dianggap berasal dari daerah-daerah itu tapi dati karakter Objektifnya, “bahwa antipode itu ada” dari beingnya adalah subsisten.[7] Objektif merupakan tipe khusus dari objek yang juga dapat dijelaskan dalam pengertian praduga yang dapat menjadi kenyataan.[8] Namun, walau hanya menjadi tipe dari Objek, Objektif sendiri dapat memangku fungsi-fungsi dari Objek dalam arti tertentu seperti dapat dipikirkan dan dapat memiliki ada karena dapat dipikirkan dan disebutkan. Contoh: gunung yang terbuat dari emas. Pertama, kita dapat memikirkan sebuah gunung emas dan menyebutkannya sehingga memiliki ada tertentu walau tidak memiliki eksistensi dalam realitas. Meinong kemudian membedakan “being” dari sesuatu, yang memiliki kemampuan menjadi sesuatu sebagaimana dikehendaki, dari “eksistensi” sesuatu sebagaimana digambarkan secara substantif ontologis.[9] Sebagai contoh, kuda (eksis) yang dibedakan dengan unicorn (being) (binatang seperti kuda yang memiliki satu tanduk dalam cerita mitos).


      Segala sesuatu adalah objek. Baik itu yang dapat dipikirkan atau yang tidak dapat dipikirkan (jika sebuah objek secara kebetulan tidak dapat dipikirkan saat itulah dia menjadi sesuatu yang mempunyai sifat dari ada yang tidak dapat dipikirkan) dan baik yang eksis atau tidak eksis atau yang memiliki segala hal tentang being. Dan, setiap objek punya karakter-karakter; pendeknya, Sosein (karakter) dari setiap objek merupakan karakter yang tidak tergantung atau berdiri sendiri dari sein (being)-nya. Contoh, sebuah persegi berbentuk bulat memiliki sosein[10] sejak itu merupakan bulat dan persegi, tapi itu adalah suatu objek yang tidak mungkin sejauh itu memiliki sosein yang bertentangan dan yang dapat menghindarkan sein-nya. Contoh lain adalah “setrika kayu” yang soseinnya saling bertentangan tapi dapat tetap memiliki being tertentu. Demikian juga dengan Objek yang karakter-karakternya (sosein) tidak saling bertentangan seperti halnya gunung emas. Objek ini sudah pasti memiliki being tertentu karena dapat dipikirkan walau tidak memiliki eksistensi.


[1] Bdk. Biography: Alexius Ritter von Handschuchsheim Meinong, in the http://www.answers.com/alexius%20meinong (akses tangal 12 Oktober 2008 pkl 15.32)

[2] Privatdozent=gelar dan sebuah kedudukan dalam system univesitas di Eropa khususnya di German yang diberi kepada seseorang yang ingin menjadi seorang professor di Universitas tersebut.

[3] Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas, Empirisme, in the http://id.wikipedia.org/wiki/Empirisme (akses tgl 8 November 2008 pkl 23.00)

[4] Bdk, Alexius Meinong, The Theory Objects, in the http://www.hist-analytic.org/Meinongobjects.pdf (akses tgl 8 November 2008 pkl 20.21)

[5] Bdk. Biography: Alexius Ritter von Handschuchsheim Meinong, Loc.Cit. (akses tgl 8 November 2008 pkl 23.00)

[6] Bdk, Roderick M. Chisholm, AN OVERVIEW OF MEINONG'S THEORY OF OBJECTS (GEGENSTANDSTHEORIE), in the http://www.formalontology.it/meinonga.htm (akses 22 Oktober 2008 pkl. 15.00)

[7] Bdk, Alexius Meinong, Op.Cit (akses tgl 8 November 2008 pkl 20.21)

[8] The prejudice in favor of the actual berarti praduga yang menjadi kenyataan. Contoh, suatu ketika kita melihat ada orang yang bersepeda tiba-tiba lewat di depan kita dengan kecepatan tinggi dan harus melewati suatu gundukan tanah. Saat itu akan muncul dalam pikiran kita kemungkinan-kemungkinan yang dapat terjadi seperti orang tersebut akan jatuh dan terluka. Kemungkinan-kemungkinan yang ada dalam pikiran itulah yang dimaksud dengan “Prejudice”.

[9] Bdk, From Wikipedia, the free encyclopedia, in the http://en.wikipedia.org/wiki/Alexius_Meinong (akses 15 Oktober 2008 pkl 22.21)

[10] Sosein: cara mengada dari sein yang sifatnya tidak tergantung pada sein. Dalam metafisika, ini sama halnya dengan esse (ada) dan ens (yang-ada). Sein hanya bisa dimengerti bila sosein dimengerti (dipikirkan).