Syalom!

Blog ini berupaya menyajikan jurnal studi Filsafat dan Teologi
para mahasiswa Sekolah Tinggi Filsafat Teologi Widya Sasana - Malang.
Tulisan-tulisan yang dimuat di sini adalah pendapat penulis sendiri, bukan cerminan pendapat pengelola blog. Tulisan-tulisan ini adalah hasil perenungan dan kerja keras para mahasiswa, dan tidak mengandaikan isinya adalah ajaran resmi Gereja Katolik.

Tuesday, March 3, 2009

Teori Objek (Gegenstandstheorie) Menurut Alexius Meinong Bagian I

TEORI OBJEK (GEGENSTANDSTHEORIE)

Menurut Alexius Meinong

Oleh:

Subandri Chalarambo Simbolon


1. Pengantar


      “Wahhhhh…indah banget!!!” ungkapan ini sering terdengar ketika orang sedang menikmati suatu karya seni dari seorang seniman atau lagu dari seorang pelantun lagu. Bagaimana ada lagu ini sebelum adanya yang aktual sekarang ini? Apa awal dari dari karya ini? Melalui makalah ini, penulis ingin mengajak anda bukan untuk menyoal tentang karya-karya seni itu, bukan juga untuk membahas soal estetika dari sesuatu yang menyenangkan hati. Jadi untuk apa? Melalui tulisan ini, penulis hendak menawarkan suatu teori yang mungkin membantu kita untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan di atas, teori objek (Gegenstandstheorie). Akan tetapi, tulisan ini tidak hanya mau menjawab pertanyaan-pertanyaan di atas tapi lebih merupakan sebuah penjelasan apa itu Teori Objek menurut Alexius Meinong (baca=Aleksius Mainong).


      Sebelum dilanjutkan, ada baiknya kita pertama-tama mengetahui sketsa pembahasan secara sekilas. Sketsa pembahasan yang ditawarkan: pertama-tama berbicara tentang riwayat hidup dan karya-karya dari Alexius Meinong, lalu masuk ke dalam inti pembahasan teori Objek menurut Alexius Meinong dan akan ditutup dengan sebuah kesimpulan. 


2. Hidup dan karyanya[1]


Riwayat Hidup:

      Alexius Meinong dengan nama lengkap, Alexius Ritter von Handschuchsheim Meinong, dilahirkan dalam sebuah keluarga Katolik terhormat pada tanggal 17 Juli 1853 di Lemberg, Austria yang sekarang dikenal L’viv di Ukraina. Namun, setelah kelahirannya keluarganya segera kembali ke Austria. Ia menjalani masa sekolahnya di Akademic Gimnasium, Vienna pada tahun 1865-1870, dan setelah lulus, dia melanjutkan perjalanan akademisnya ke bangku perkuliahan di Universitas Vienna. Di Universitas ini pada tahun 1874 dia mengambil fak-fak sejarah dan filsafat di bawah bimbingan Franz Brentano dan mendapatkan gelar Doktor dalam bidang Sejarah (Hauptrigorosum) dan Philosophy (Nebenrigorosum). Boleh dikatakan bahwa seperti filosof-filosof Austria lainnya, pemikirannya tergolong dipengaruhi oleh dosennya Franz Brentano. Setelah menyelesaikan studinya, dia mengajar sebagai Privatdozent[2] di Vienna selama empat tahun (1878-1882). Dari Vienna, ia pindah ke Graz dan tetap sebagai Professor Extraordinarius (1882-1889). Dia dinobatkan menjadi Professor pada tahun 1889 dan sekaligus menjabat sebagai Ketua jurusan Filsafat. Di universitas inilah dia mengajar dan menghabiskan hidupnya sebagai dosen hingga meninggal pada tahun 1920. Peristiwa penting pada masa jabatannya sebagai dosen di Graz adalah dengan mendirikan “Psychological Institute” dan “Institute of Experimental Psychology” yang merupakan institusi pertama di Austria pada tahun 1894. Sampai sekarang, dia terkenal sebagai seorang fillosof Austria.


Karya-karya:

      Pada saat dia tinggal di Vienna sebagai mahasiswa, Franz Brentano mendorongnya untuk mempelajari pemikiran David Hume hingga pada waktunya dia dapat menghasilkan dua buku tentang David Hume. Buku pertamanya berbicara tentang teori abstraksi dan yang kedua adalah teori relasi. Pada dasarnya pemikirannya sangat dipengaruhi oleh Empirisme Inggris. Empirisme adalah suatu aliran dalam filsafat yang menyatakan bahwa semua pengetahuan berasal dari pengalaman manusia.[3]


 Karya-karyanya yang lain adalah:

1. Theory of Object (Über Gegenstandstheorie) lead article in A. Meinong (ed.), Untersuchungen zur Gegenstandstheorie und Psychologie, Leipzig: Barth, 1904

2. Theory of Assumption (Über Annahmen), 2nd ed., Leipzig: Barth, 1910

3. Über Möglichkeit und Wahrscheinlichkeit, Leipzig: Barth, 1915

4. Über emotionale Präsentation, report of the Kaiserliche Akademie der Wissenschaften, Vienna, 1917

5. Meinong, A. (1885). Über philosophische Wissenschaft und ihre Propädeutik

6. Meinong, A. (1894). Psychologisch-ethische Untersuchungen zur Werttheorie


3. Teori Objek (Gegenstandstheorie)


      Pengetahuan itu tidak mungkin ada tanpa suatu ada yang diketahui atau secara umum bahwa pendapat dan ide atau presentasi tidak mungkin tanpa ada pendapat tentang atau presentasi dari sesuatu yang diungkapan yang menjadi bukti dirinya sendiri.[4] Inilah pernyataan yang mengawali Alexius Meinong untuk mencetuskan teori Objek. Meinong mencoba merumuskan suatu ranah ilmu pengetahuan yang dapat menjadi tempat yang tepat untuk membahas atau untuk mengurusi perkara-perkara “Objek”. Tak dapat dipungkiri, bahasa terkadang salah dalam menjelaskan Objek yang sebenarnya. Sebagai contoh, bahasa kurang tepat dalam menjelaskan suatu kegembiraan atau duka cita, belas kasihan atau cemburu dan lain sebagainya sebagai ada yang dirasakan seseorang. Ini hanya dapat ditunjuk dalam ranah psikologi sejauh memiliki aspek-aspek psikologi. Dikatakan sejauh memiliki aspek psikologi berarti bahwa perasaan, misalnya hasrat menjadi salah satu objek pembahasan psikologi sejauh hasrat itu memiliki ide-ide khusus seperti “perkiraan-perkiraan psikologis (adanya relasi subjek dengan sesuatu yang bisa menimbulkan suatu peristiwa psikologis)”. Sebagai contoh kita bahagia tentang sesuatu, tertarik pada sesuatu dan tindakan mengharapkan tak akan mungkin ada tanpa menunjuk pada suatu yang diharapkan.


      Yang menjadi pertanyaan adalah, bagaimana dengan perkara-perkara lainnya yang bukan merupakan bagian dari perkara-perkara psikologis. Hal inilah yang menjadi problema dalam pikiran seorang Meinong sehingga ia berusaha menyusun suatu teori yang juga merupakan sumbangan terbesarnya dalam dunia filsafat yaitu “teori Objek”. Pengertian objek dalam ranah ini sungguh memiliki keunikan tersendiri dan berbeda dari kecenderungan umum dalam filsafat yang mengerti objek hanya sejauh ada dan menyamakan objek sejauh ada itu dengan kesatuan materialnya.[5]


Ada dua tesis mendasar dari teori objek (Gegenstandstheorie) ini yaitu: 

 (1) ada Objek yang tidak eksis (non-exist) dan 

 (2) setiap Obyek yang tidak eksis belum terdapat dalam berbagai cara atau lainnya untuk mengada dan dengan demikian boleh dibuat menjadi pokok putusan yang benar.[6]

      Objek itu tidak terbatas pada pengertian ada sejauh ada tetapi juga ada objek yang tidak eksis (non-existent). Akan tetapi, non-existent dalam hal ini berbeda dengan ketiadaan (nothingness). Untuk Objek yang tidak ada ini, Meinong memberi suatu terminologi “Objektive”. Sebagai contoh, jika kita dapat berkata: adalah benar bahwa daerah-daerah di atas bumi yang masing-masing letaknya saling berlawan (antipode) itu ada. Kebenaran itu tidak dianggap berasal dari daerah-daerah itu tapi dati karakter Objektifnya, “bahwa antipode itu ada” dari beingnya adalah subsisten.[7] Objektif merupakan tipe khusus dari objek yang juga dapat dijelaskan dalam pengertian praduga yang dapat menjadi kenyataan.[8] Namun, walau hanya menjadi tipe dari Objek, Objektif sendiri dapat memangku fungsi-fungsi dari Objek dalam arti tertentu seperti dapat dipikirkan dan dapat memiliki ada karena dapat dipikirkan dan disebutkan. Contoh: gunung yang terbuat dari emas. Pertama, kita dapat memikirkan sebuah gunung emas dan menyebutkannya sehingga memiliki ada tertentu walau tidak memiliki eksistensi dalam realitas. Meinong kemudian membedakan “being” dari sesuatu, yang memiliki kemampuan menjadi sesuatu sebagaimana dikehendaki, dari “eksistensi” sesuatu sebagaimana digambarkan secara substantif ontologis.[9] Sebagai contoh, kuda (eksis) yang dibedakan dengan unicorn (being) (binatang seperti kuda yang memiliki satu tanduk dalam cerita mitos).


      Segala sesuatu adalah objek. Baik itu yang dapat dipikirkan atau yang tidak dapat dipikirkan (jika sebuah objek secara kebetulan tidak dapat dipikirkan saat itulah dia menjadi sesuatu yang mempunyai sifat dari ada yang tidak dapat dipikirkan) dan baik yang eksis atau tidak eksis atau yang memiliki segala hal tentang being. Dan, setiap objek punya karakter-karakter; pendeknya, Sosein (karakter) dari setiap objek merupakan karakter yang tidak tergantung atau berdiri sendiri dari sein (being)-nya. Contoh, sebuah persegi berbentuk bulat memiliki sosein[10] sejak itu merupakan bulat dan persegi, tapi itu adalah suatu objek yang tidak mungkin sejauh itu memiliki sosein yang bertentangan dan yang dapat menghindarkan sein-nya. Contoh lain adalah “setrika kayu” yang soseinnya saling bertentangan tapi dapat tetap memiliki being tertentu. Demikian juga dengan Objek yang karakter-karakternya (sosein) tidak saling bertentangan seperti halnya gunung emas. Objek ini sudah pasti memiliki being tertentu karena dapat dipikirkan walau tidak memiliki eksistensi.


[1] Bdk. Biography: Alexius Ritter von Handschuchsheim Meinong, in the http://www.answers.com/alexius%20meinong (akses tangal 12 Oktober 2008 pkl 15.32)

[2] Privatdozent=gelar dan sebuah kedudukan dalam system univesitas di Eropa khususnya di German yang diberi kepada seseorang yang ingin menjadi seorang professor di Universitas tersebut.

[3] Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas, Empirisme, in the http://id.wikipedia.org/wiki/Empirisme (akses tgl 8 November 2008 pkl 23.00)

[4] Bdk, Alexius Meinong, The Theory Objects, in the http://www.hist-analytic.org/Meinongobjects.pdf (akses tgl 8 November 2008 pkl 20.21)

[5] Bdk. Biography: Alexius Ritter von Handschuchsheim Meinong, Loc.Cit. (akses tgl 8 November 2008 pkl 23.00)

[6] Bdk, Roderick M. Chisholm, AN OVERVIEW OF MEINONG'S THEORY OF OBJECTS (GEGENSTANDSTHEORIE), in the http://www.formalontology.it/meinonga.htm (akses 22 Oktober 2008 pkl. 15.00)

[7] Bdk, Alexius Meinong, Op.Cit (akses tgl 8 November 2008 pkl 20.21)

[8] The prejudice in favor of the actual berarti praduga yang menjadi kenyataan. Contoh, suatu ketika kita melihat ada orang yang bersepeda tiba-tiba lewat di depan kita dengan kecepatan tinggi dan harus melewati suatu gundukan tanah. Saat itu akan muncul dalam pikiran kita kemungkinan-kemungkinan yang dapat terjadi seperti orang tersebut akan jatuh dan terluka. Kemungkinan-kemungkinan yang ada dalam pikiran itulah yang dimaksud dengan “Prejudice”.

[9] Bdk, From Wikipedia, the free encyclopedia, in the http://en.wikipedia.org/wiki/Alexius_Meinong (akses 15 Oktober 2008 pkl 22.21)

[10] Sosein: cara mengada dari sein yang sifatnya tidak tergantung pada sein. Dalam metafisika, ini sama halnya dengan esse (ada) dan ens (yang-ada). Sein hanya bisa dimengerti bila sosein dimengerti (dipikirkan). 

No comments:

Post a Comment