Syalom!

Blog ini berupaya menyajikan jurnal studi Filsafat dan Teologi
para mahasiswa Sekolah Tinggi Filsafat Teologi Widya Sasana - Malang.
Tulisan-tulisan yang dimuat di sini adalah pendapat penulis sendiri, bukan cerminan pendapat pengelola blog. Tulisan-tulisan ini adalah hasil perenungan dan kerja keras para mahasiswa, dan tidak mengandaikan isinya adalah ajaran resmi Gereja Katolik.

Tuesday, May 4, 2010

PERAYAAN MAKANAN DINGIN


Selama Periode Musim Semi dan Musim Gugur (770-475 SM), Raja Xian dari Kerajaan Jin 晉國 Jìn Guó sangat mencintai isterinya keduanya, Li Ji. Setelah Li Ji membunuh putra mahkota Sehensheng (申生), pangeran Cong'er (重耳) melarikan diri karena jiwanya terancam. Selama pengembaraan 19 tahun dia dikawal oleh seorang pelayan yang setia bernama Jie Zitui (介之推)

Selama persembunyian, Jie Zitui melayani Chong’er dan menyediakan masakan baginya. Pada suatu hari pangeran ini mengeluh karena selama pelarian dia tidur di tempat yang tidak nyaman, dan tidak mendapat makan yang enak. Bahkan tidak mendapat sup yang enak untuk menghangatkan badan. Selama Sembilan belas tahun dalam pelarian, dan sewaktu pangeran Chong’er hampir mati kelaparan, Jie Zitui memotong daging pahanya dan memasaknya bagi sang pangeran. Pada tahun 638 Chong’er naik tahta, dan memakai nama Wenkong dari Kerajaan Jin.

Setelah naik tahta, Wenkong memberi hadiah semua pengikutnya yang setia, tetapi melupakan Jie Zitui. Jie Zitui kecewa dan kemudian pulang ke kampong halamannya tinggal bersama ibunya. Ternyata kemudian Wenkong teringat pengorbanan Jie Zitui dan mengirimkan orang mencarinya. Namun Jie Zitui tidak mau kembali ke istana, meskipun raja sendiri yang memanggilnya. Jie Zitui lalu membawa ibunya bersembunyi di hutan di bukit Mianshan. Karena tidak menemukannya di hutan, seorang penasihat raja mengusulkan agar hutan dibakar agar Jie Zitui keluar, sehingga dapat dibujuk untuk tinggal di istana. Namun setelah hutan terbakar habis, Jie Zitui dan ibunya tidak keluar. Raja memerintahkan seluruh pengawalnya mencarinya, dan menemukan Jie Zitui sudah hangus, membungkuk melindungi ibunya yang juga sudah meninggal.

Wenkong sangat menyesali, kemudian memerintahkan kepada seluruh rakyat agar pada peringatan kematian Jie Zitui, tidak ada api yang dinyalakan di rumah-rumah untuk menghormatinya. Maka pada hari itu penduduk tidak memasak, dan memakan makanan dingin yang sudah disiapkan hari sebelumnya, serta mengunjungi makam Jie Zitui untuk memberikan penghormatan kepadanya. Perayaan hari itu disebut Perayaan Makanan Dingin (Hanshi).

Pada masa Dinasti Qing (1644-1911), perayaan ini kemudian berubah menjadi perayaan qingming sebagaimana yang dikenal sekarang untuk menghormati leluhur, dan perayaan hanshi tidak lagi menjadi yang pokok untuk mengenangkan kesetiaan dan pengorbanan Jie Zitui.

No comments:

Post a Comment