Syalom!

Blog ini berupaya menyajikan jurnal studi Filsafat dan Teologi
para mahasiswa Sekolah Tinggi Filsafat Teologi Widya Sasana - Malang.
Tulisan-tulisan yang dimuat di sini adalah pendapat penulis sendiri, bukan cerminan pendapat pengelola blog. Tulisan-tulisan ini adalah hasil perenungan dan kerja keras para mahasiswa, dan tidak mengandaikan isinya adalah ajaran resmi Gereja Katolik.

Saturday, January 17, 2009

Menuju Inkulturasi Misa Imlek (Bagian II)

Guònián (过年) dan Bàinián (拜年)

Melewati tahun yang lampau, dan silahturami di dalam keluarga dan masyarakat merupakan satu hal dengan dua sisi. Sisi pertama adalah mempunyai dimensi personal dan yang kedua memiliki dimensi sosial.

Dengan
guònián, saya sebagai seorang pribadi berhasil melewati seluruh tahun yang lampau. Apa pun kondisi saya selama satu tahun itu, sekarang saya di sini dan ikut bergembira lahir dan batin. Tentu saja dengan segala kekurangan saya menatap ke masa depan dan berusaha memperbaiki diri menjadi lebih baik.

Tetapi imlek bukan urusan pribadi saja yang membuat niat di dalam batin, melainkan juga suatu perayaan yang berdimensi sosial. Maka pada hari raya Imlek, orang-orang pergi
bàinián, yakni bersilahturami. Bài dalam kamus mempunyai beberapa arti: 1) memberi hormat, mentaati, membungkuk memberi hormat; 2) mengunjungi, kunjungan resmi, kunjungan kehormatan. Silahturami ini akan makin mempererat tali persaudaraan dan persahabatan. Barangkali dalam setahun karena terlalu disibukkan dengan urusan-urusan pribadi, yang tidak jarang membuat orang lain tersinggung, saatnyalah mendamaikan kembali kehidupan yang sempat terganggu.

Kedua dimensi kehidupan ini (pribadi dan sosial) menjadi jantung kehidupan masyarakat Tionghua. Tidak disangkal bahwa apa yang menjadi baik bagi pribadi, dan bila diterapkan dalam kehidupan sosial, akan membawa kebaikan bagi masyarakat. Demikian pula apa yang tidak baik bagi pribadi, hendaknya tidak dilakukan, karena akan mengganggu tatanan sosial dan keseimbangan dalam masyarakat.


No comments:

Post a Comment